Pada akhir November 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan penguatan, mencapai level Rp15.839 per dolar AS. Pelemahan dolar ini terjadi akibat beberapa faktor, termasuk data ekonomi global yang menunjukkan perlambatan, serta sinyal kebijakan moneter yang lebih moderat dari Federal Reserve AS.
Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah bergerak fluktuatif, dengan titik tertinggi berada di Rp15.934,50 pada 26 November 2024 dan titik terendah di Rp15.846,50 pada 28 November 2024. Penurunan signifikan dolar sebesar 0,408% dalam 24 jam terakhir juga menjadi momentum penguatan bagi rupiah​.
Bank-bank besar di Indonesia mencatat kurs jual dolar pada kisaran Rp15.925 dan kurs beli pada kisaran Rp15.575. Faktor lain yang turut mendukung penguatan rupiah adalah kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia menjelang akhir tahun, di mana fokus mulai beralih ke peningkatan konsumsi domestik menyambut libur Natal dan Tahun Baru​.
Dampak Terhadap Ekonomi
Biaya Impor : Penguatan rupiah berpotensi menurunkan biaya impor, terutama bahan baku, yang dapat mengurangi tekanan pada sektor manufaktur.
Konsumsi Domestik : Dengan nilai tukar yang stabil, daya beli masyarakat diprediksi tetap terjaga, mendukung konsumsi yang menjadi salah satu motor utama ekonomi Indonesia.
Investasi : Stabilitas rupiah dapat menarik minat investor asing untuk menanam modal, terutama dalam sektor infrastruktur dan energi.
Ke depannya, kondisi ini dapat terus berlanjut jika kebijakan fiskal dan moneter tetap kondusif, serta didukung oleh dinamika global yang menguntungkan bagi pasar negara berkembang.